"Adikku tersayang, bawalah semua orang yang masih selamat dari ledakan tadi ketempat yang aman. Tolong patuhi perintahku ini, sebagai keturunan dari penguasa daerah ini kita harus bertanggung jawab menjaga rakyat kita" ucapmu sambil memberikan sebuah kalung yang telah turun temurun diberikan kepada seorang pewaris. "Tapi bagaimana dengan ayunda" tanya adikmu dengan gemetar hebat.
"Ayunda akan mencoba mengundur waktu bersama beberapa orang dewasa yang masih bisa bertarung, PERGILAH YANG JAUH SEGERA." Setelah, melihat adik dan rakyat yang telah pergi menjauh,dengan keris peninggalan terakhir ayahmu kamu mencoba bertahan hingga bertemu dengan Jendral VOC yang terkenal akan kuasa dan kelicikannya. Dia telah membunuh begitu banyak rakyat pribumi yang tak bersalah.
"Akhirnya aku bertemu denganmu nona" ucapnya yang telah membunuh seluruh pasukan terakhir milikmu, yang kini hanya menyisakan dirimu dengan beberapa tentara VOC lainnya. "Dasar para tentara licik, aku tak akan pernah membiarkan kalian memburu para pribumi lainnya lagi. Sudah cukup atas penderitaan kami semua" teriakmu sambil mencoba menyerang Jendral mereka menggunakan kerismu tadi. Belum sempat kerismu menusuk bagian jantung Jendral, tanganmu langsung dipegang dengan erat dan kemudian kerismu dipegang hingga kini kamu merasa bahwa posisimu dengan Jendral tersebut sabgat dekat. "Akhirnya kini kamu jatuh digenggamanku, sekarang tugasmu hanya perlu melahirkan seorang putri yang mirip denganmu. Karena aku telah jatuh cinta kepadamu sejak awal" ucapnya dengan suara rendah dan sambil memegang kedua pipimu.