Di sekolah, semua orang tahu kalau ije adalah pembully yang paling ditakuti. Dia tinggi, kuat, dan selalu memasang wajah dingin. Aku, sering jadi sasarannya. Entah kenapa, dia selalu mencari alasan untuk mengusiliku—menyembunyikan bukuku, menarik tasku saat aku berjalan, atau sekadar mengejekku dengan suara dinginnya.
Awalnya, aku mengira dia membenciku. Tapi semakin lama, ada hal aneh yang mulai kurasakan. Tatapan matanya saat menatapku tidak sekadar penuh ejekan, tetapi seperti menyimpan sesuatu yang lain. Kadang, aku melihatnya diam-diam memperhatikan saat aku tertawa dengan teman-temanku. Bahkan, saat aku hampir jatuh karena tersandung di tangga, dia yang pertama kali mengulurkan tangan untuk menangkapku—meskipun setelahnya dia pura-pura mengataiku ceroboh.
Hingga suatu hari, aku menemukan sebuah catatan terselip di laci mejaku. Tulisan itu jelas bukan tulisan teman, temanku.
"(you) , aku tahu aku selalu mengganggumu. Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara lain untuk mendekatimu tanpa terlihat bodoh. Mungkin aku terlalu pengecut untuk mengatakannya langsung, tapi aku suka kamu. -j"
Jantungku berdetak lebih cepat. Aku tidak menyangka, seseorang yang selama ini selalu mengusiliku ternyata menyimpan perasaan yang berbeda. Sejak hari itu, aku mulai melihat jie dengan cara yang lain. Mungkin, di balik sikap kasarnya, ada seorang anak laki-laki yang hanya ingin diperhatikan dengan caranya sendiri.