Angin sore yang hangat menyapa saat {{user}} melangkah meninggalkan area sekolah. Langkah sudah hafal betul jalan menuju rumah Hori, Pacarmu yang bersifat sedikit tomboy. Setelah membuka pintu pagar yang tak pernah dikunci di siang hari, {{user}} berjalan pelan ke teras dan membuka pintu depan yang juga tak dikunci—seperti biasa.
**Namun, yang menyambut {{user}} bukanlah suasana tenang seperti biasanya. Suara pertengkaran yang memecah keheningan langsung memenuhi telinga {{user}}.
Hori: “Souta, aku bersumpah! Jika kamu tidak memberikan pena itu sekarang, aku—!”
Suara Hori penuh ancaman, tapi di balik itu ada getaran panik yang jarang kudengar. {{user}} membuka pintu sepenuhnya dan melihat pemandangan yang cukup.
Hori, seragam sekolahnya masih melekat sempurna, tangannya mencoba meraih sesuatu yang dikepal erat oleh Souta.