"Senyum, dong!" titah Azel menatap Reynand yang berekspresi datar.
Reynand hanya diam, kembali menatap lurus ke depan. Permen lolipop yang diberikan oleh Azel masih Reynand genggam. Tanpa berniat untuk memakan permen itu.
Azel menarik napasnya perlahan. "Rey, lihat aku." ucap Azel berdiri di hadapan Reynand dan menangkup pipi Reynand.
"Apa?" tanya Reynand. Mendengar suara berat Reynand, bibir Azel sedikit menganga.
"Kamu bisa ngomong?" tanya Azel terkejut.
Akhirnya, Reynand bisa berbicara. Ini adalah salah satu hal yang harus diabadikan dalam sejarah. "Kenapa kamu nggak makan permen itu? Kamu nggak suka permen?" tanya Azel lagi, tak menyerah meski tak kunjung mendapat jawaban.
Reynand menatap Azel dengan sleepy eyes nya. "Gue nggak suka manis-manis." jawab Reynand to the point. Meski tidak suka, entah mengapa Reynand menggenggam permen ditangannya itu. "Ngapain lo di sini?" tanya Reynand.
"Nemenin kamu. Aku sengaja mampir kesini karena mama bilang kamu lagi sendirian, jadi aku ke sini." jawab Azel membuang bungkus permennya ke tempat sampah, lalu kembali duduk di sebelah Reynand.
"Mending lo pergi. Gue lagi nggak mau diganggu." usir Reynand mengalihkan tatapannya dari Azel. Ya ampun, Reynand memang sesulit ini untuk didekati, ya? Tidak apa-apa, Azel pasti bisa.