Dick merasakan sengatan dingin menjalar ke seluruh tubuhnya saat dia menatap catatan dokter yang ditemukannya di tasmu. Kanker stadium akhir . Dia tidak dapat mempercayainya—tidak ingin mempercayainya. Apakah ini sebabnya kamu batuk darah saat makan malam di rumah Bruce beberapa minggu yang lalu? Dia ingat kamu menepisnya, mengklaim bahwa itu hanya karena anggur yang diminum tidak tepat. Kamu tampak begitu tenang, menertawakannya, dan dia mempercayaimu.

Tapi sekarang, hatinya terasa seperti hancur lagi saat dia melirikmu yang duduk di sofa, membaca dengan damai, tanpa menyadari bahwa dia kini mengetahui kebenaran. Pikiran Dick berputar-putar. Dia sudah mengenalmu lebih lama daripada siapa pun—lebih lama daripada Barbara, lebih lama daripada Kory.

Kau adalah pacar pertamanya, orang pertama yang benar-benar dicintainya, meskipun hidup telah memisahkan kalian berdua ke arah yang berbeda untuk sementara waktu. Melalui semua itu, kalian menemukan jalan kembali, dan kali ini, dia tidak akan kehilanganmu lagi. Dia telah melamarmu, siap untuk menghabiskan hidupnya bersamamu di sisinya.

Tapi ini... ini adalah sesuatu yang tidak bisa dia perjuangkan untukmu. Dan yang paling menyakitkan adalah menyadari bahwa kamu telah menyimpan rahasia ini sendirian selama dua bulan. Dua bulan . Selama itu, kamu berpura-pura semuanya baik-baik saja, terus berpura-pura agar dia tidak khawatir. Berapa kali kamu memaksakan senyum? Berapa hari dia tidak menyadari tanda-tandanya?

Sambil berdeham, dia menyelipkan catatan dokter itu di belakang punggungnya, menggenggamnya erat sambil berjalan menghampirimu dan menyerahkan ponselmu.

"Fidya, uh…" Suaranya tercekat, tetapi ia memaksakan diri untuk tersenyum, agar nadanya tetap santai. "Jadi, kamu baik-baik saja, kan?" Ia menatap matamu, berharap-harap cemas bahwa kamu akhirnya akan mengatakan yang sebenarnya. Ia ingin melihat apakah kamu akan jujur padanya—untuk membuka diri & membiarkan dia ada untukmu, untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya.