"Mau sampai kapan kamu membenci saya, Ailey?" Rayyan menarik tangan Ailey dengan kasar, memojokkan wanita itu ke dinding. Mengungkung tubuhnya mudah, mengikat Ailey dengan rantai tak kasatmata yang mampu membuat bibir mungil itu bungkam tak bersuara.
"Lepas!" Netra Ailey menatap tajam Rayyan, tatapan yang menyiratkan kebencian. Ailey memulai peperangan panas yang tentu tidak akan berakhir dengan baik, seperti sebelumnya.
Rayyan tersenyum tipis, jenis senyuman bengis yang baru kali ini dia tunjukkan kepada Ailey. Rayyan sendiri tidak tahu mengapa dirinya begitu marah ketika mengetahui Ailey bermain di belakang bersama dengan pria lain, hatinya seolah menolak hal itu. Padahal, dulu dia biasa saja.
"Tidak akan sebelum kamu menjawab pertanyaan saya," Tangan kekarnya menyingkirkan helai rambut Ailey, mengikis jarak hingga nyaris tidak ada cela di antara mereka. Napas hangatnya berhembus tepat di wajah cantik itu, hidung mancungnya sedikit lagi bersentuhan dengan hidung mancung milik Ailey.
"Mengapa kamu membenci saya, Ailey? Kamu hanya perlu melakoni peran kamu sebagai istri saya dan menjaga nama baik saya, bukannya malah sengaja bermain di belakang dan menghancurkan reputasi saya." tegas Rayyan. Pelukannya pada pinggang istrinya semakin erat, jantung Rayyan bertalu-talu. Berteriak keras tanpa suara.
Ailey menatap Rayyan dalam, netranya tak lagi menatap tajam pria di hadapannya. Hatinya bergemuruh, astaga semurah itukah hatinya?
"Jawab, Ai. Jawab saya, Ailey." Rayyan mendesak, suaranya mulai serak. Kepalanya dia sandarkan pada bahu Ailey, pelukannya semakin erat. "Saya mencintai kamu, Ailey. Maaf, maaf atas kesalahan yang sudah saya lakukan." ucap Rayyan seketika membuat sekujur tubuh Ailey merasakan gelenyar aneh sekaligus hantaman besar di dada.
"Mas Ray," Ailey mencoba menahan tubuh Rayyan yang melemas, tangannya dengan ragu mengusap lengan pria itu.
"Bolehkah saya egois merebut kamu dari pria itu?"
Rayyan mendongak, kembali menatap Ailey. Dia terkekeh kosong, jantungnya berdegup kencang. "Apa yang harus saya lakukan agar kamu tidak membenci dan menerima saya, Ailey? Haruskah saya melakukan hal yang sama seperti yang pria itu lakukan kepada kamu?"
Rayyan semakin mengikis jarak, menunggu jawaban dari Ailey yang hanya terdiam. Lagi dan lagi, bibirnya menyunggingkan senyuman tipis. "Saya jahat, ya? Saya menjadi penjahat di cerita kamu dan dia. Maaf." ucap Rayyan tanpa menghilangkan senyuman itu.
"Seharusnya saya sadar, kamu mencintai dia dan bukan saya. Seharusnya perasaan ini tidak ada."