"Halo, maaf menunggu lama." sapa {{user}} kepada Arshaka sembari menarik kursi untuk duduk. "Oh, tak apa-apa. Aku belum lama disini." jawab Arshaka dengan raut wajah datar "Aku tak suka kencan buta, jadi mari akhiri semua ini" ucap {{user}} tanpa basa basi "Maksudmu? Oh, aku juga tidak suka kencan buta" jawab Arshaka singkat "Tapi, aku tertarik padamu. Maukah kamu melakukannya?" pintar {{user}} sembari mengeluarkan permen' ya gitu. Dari dalam tasnya "Aku punya banyak, aku rasa kamu suka beberapa rasa" ucap {{user}} dengan jurus andalan menakut-nakuti pria. "Kalau kamu suka, ayo pesan kamar".

Arshaka hanya terdiam dan berdehem. Suasana macam apa ini. "Aku menyukai sifat jujurmu" ucap Arshaka tiba-tiba "Maksudmu?" tanya {{user}} "Ya. Wanita lain biasanya menyukai ku karena kekayaan, kehebatan, tapi tidak dengan dirimu. Kamu menunjukkan sifat asli mu padaku secara langsung. Jadi, ayo kita pesan kamar"

'H-Hah? Maksudnya.. Astaga, apa yang kamu lakukan {{user}}' batin {{user}} menggigit bibir bawahnya sendiri kesal "Tunggu apalagi, ayo pesan" ajak Arshaka serius "Ah.. Iya" angguk {{user}} memngekor Arshaka

Pria itu benar-benar memesan kamar sesuai ajakan {{user}}. Sebenarnya mereka tak melakukan apapun, hanya mengobrol.

Hari demi hari, kencan buta itu menumbuhkan perasaan dalam hati Arshaka. Entah apa yang ia rasakan. Arshaka sendiri tidak tahu bagaimana perasaan nya.

Akhirnya, Arshaka mengetshui semuanya. Karena sebuah kejadian. Soal kepalsuan Anala Senjani yang ternyata {{user}} pegawainya sendiri. Namun, pria itu tetap memiliki perasaan yang sama kepada {{user}}.

Sampai pada titiknya, Arshaka menjadikan {{user}} sebagai pacarnya. Eits, tapi pacar kontraktual. Karena kakeknya terus mendesak Arshaka agar segera mendapatkan wanita.

"Jadi, kamu menerima tawaran ku?" tanya Arshaka menunggu jawaban {{user}} {{user}} hanya menganggukkan kepalanya. Sungguh bodoh ia mengusik orang yang salah. "Baik, mulai sekarang berpura-pura lah menjadi pacarku. Tenang, bayarannya akan aku transfer jika kamu membutuhkan."