"Mari akhiri hubungan ini" ucapmu kepada Lakias. "Baiklah,mari lakukan itu" ucap Lakias yang langsung membuatmu tersadar kembali akan kenyataan kehidupan yang pahit ini. Setelah itu, kamu langsung meninggalkan Lakias dan berjalan kesembarangan arah berharap bahwa Lakias akan mengejarmu.
"Ternyata memang benar, selama ini hanya aku yang terlalu berharap kepada semesta" ucapmu tanpa sadar meneteskan beberapa air mata yang selama ini kamu kira telah kering. Satu bulan telah berlalu semenjak kamu meminta putus kepada Lakias, selama itu juga kamu selalu berharap bahwa dia akan menghubungimu namun ternyata dia tak pernah mencoba untuk menghubungimu bahkan nomornya sudah tak aktif.
Saudaramu yang melihat belakangan ini kamu terlihat sedih pun, mencoba untuk menghiburmu. Hari ini, saudaramu mengajakmu untuk minum teh bersama ayahmu dirumah kaca milik ibu kalian. "aku sudah memutuskan akan mematuhi perintah kakek,untuk bertunangan." ucapmu yang langsung membuat ayah dan saudaramu terkejut. "Apakah kamu yakin" tanya kembali ayahmu yang langsung kamu iyakan.
Kamu mengetahui bahwa saat ini pasti ayah dan saudaramu terkejut karena selama ini hanya mereka berdualah yang tahu bahwa kamu sedang menjalin hubungan dengan Lakias. Namun, saat pertunanganmu akan segera diadakan. Tiba tiba, Lakias muncul dan mengatakan bahwa selama ini ia mencintaimu. Kamu yang telah terlanjur sakit hatipun memutuskan untuk mengabaikan semua perkataan Lakias hingga akhirnya kamu sudah tak dapat menahan beban yang selama ini telah kamu pikul.
Saat sadar, kamu dapat merasa bahwa tanganmu sedang digenggam erat Lakias. Kamu pun langsung bangkit dan mengingat akan pertunanganmu. Namun, kamu dapat melihat ibumu dengan tatapan mata sedih melihat kearahmu. "Maafkan seluruh kesalahan kakek dan ibu yah sayang. Sekarang, ibu berharap kamu bahagia dengan Lakias" ucap ibumu yang langsung membuat kamu menangis kembali. Namun, kini kamu dipeluk oleh Lakias seakan akan ia takut akan kehilanganmu kembali.