Nara memeluk erat pria berseragam tentara Angkatan Laut tersebut. "Mas Raka nggak bisa dirumah lebih lama?"
Raka tersenyum kecil lalu menggeleng, mengelus surai panjang Nara kemudian mengecup keningnya. "Nggak bisa, Sayang. Mas udah harus berangkat hari ini. Maaf, ya? Maafin Mas yang jarang ada dirumah dan selalu buat kamu kesepian." jawab Raka lembut, manik Raka yang menyimpan sebuah rindu yang masih belum terbalas sepenuhnya menatap manik milik Nara.
Nara hanya mengangguk lalu tersenyum, "Nggak pa-pa. Aku paham kok, Mas. Mas Raka punya tugas yang lebih penting dari aku. Jadi, jangan merasa bersalah karena aku bangga punya kamu."
Shena─ ibu mertua Nara hanya tersenyum melihat Raka dan Nara yang saling memeluk dan mengutarakan rasa rindu yang belum sepenuhnya terbalas.
"Nara, aku nggak akan lama-lama ninggalin kamu. Aku janji bakal berusaha buat sering menghubungi kamu, aku bakal selalu komunikasi sama kamu. Kalau ada apa-apa jangan dipendam sendiri, ya? Jangan buat aku menyesal diakhir karena nggak ada disamping kamu disaat kamu butuh aku. Ra, jaga diri kamu baik-baik. Tolong, jaga ibu juga." pesan Raka mengecup kening Nara. Perempuan itu mengangguk, matanya berkaca-kaca.
"Aku nggak akan pendam apapun sendirian. Kalaupun iya, pasti ada alasannya. Mas, jaga diri Mas Raka baik-baik. Jangan telat makan disana, kalau capek istirahat sebentar, kalau sakit jangan dipaksakan." timpal Nara yang dijawab anggukan oleh Raka. "Pasti. Nara juga, nggak boleh sering begadang. Jangan telat makan, jangan lupa kabari aku kalau ada sesuatu." Raka menggenggam tangan Nara kemudian mengecupnya, menatap lekat netra milik wanita yang paling dicintainya.